Sabtu, 14 Januari 2012

HADAPI DENGAN TENANG JIWA

Aku termenung di sisi kasur yang masih tergeletak. Pagi bertambah terang, sementara gerimis tak juga beranjak pergi. Dia masih setia menemani dinginnya pagi ini.

Memaknai jalur kehidupan yang telah ku tempuh, serasa meraut tajamnya bilah bambu. Tak sekedar membuat tanganku terluka, tapi menembus ke dasar hati yang selalu gundah-gulana.

Sebait kata dari ustadz pagi ini masih tergiang di telingaku.“Nikmati rasa sakitmu, sehingga hatimu terasa penuh dengan rasa ihklas”.

Ah, pandai nian ustadz berucap. Sehingga rasa sakitpun bisa di ubah menjadi rasa yang nikmat. Lalu hati menjadi lapang karena tak ada lagi tempat untuk kecewa. Semua telah penuh dengan rasa ikhlas.

Teringat menjelang siang ini, seseorang telah menanyakan kesetiaanq. Q dituduh tak setia, apalagi jujur. Sehingga tak hanya raga, tapi juga rasa hati merasa terhianati, merasa semua kulakukanmkurang dipercayai.. Hancur sudah, luluh lantak. Padahal hidup mesti terus di jalani.

Siang Ini kembali hati introspeksi diri. Apakah kejadian tadi pagi, buah dari benih perilaku yang ku tanam sendiri? ataukah sekedar ujian peningkatan kadar keimanan yang tak jarang terabaikan? atau sebuah sentilan dari Sang Maha Pencipta? sehingga hati menjadi terluka…

Hari semakin sore, dingin semakin menggigit. Mendung akan   memberikan tanda akan hujan. Bunyi kipas angin penghilang gerah semkin berderu.. Aku terhempas dalam kesunyian yang dalam, sendiri, dingin dan sepi.

Ah, rasanya ini waktu yang tepat bagiku berdialog dengan-Nya. Mengadukan segala urusan duniawi yang penuh dengan kepalsuan. Melaporkan semua ketidak adilan, meminta pada-Mu obat hati yang mujarab, agar tak mudah menyalahkan keadaan dan mampu menerima semua kejadian dengan hati yang lapang.

Kuambil air wudhu, beristigfar padaMu. Seuntai Do’a ku panjatkan pasca permohonan ampunanku…

“Ya, Allah. Ajarkan lagi padaku ilmu Ikhlas-Mu”.

(semoga ikhlas ini menjadi obat hati yang mujarab…Amin.)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar